Thursday, July 30, 2020

Pelajaran tentang Qurban



Mengapa Allah swt memerintahkan nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya yaitu nabi Ismail as? Pertanyaan ini muncul pada benak kita semua. Hal itu sangatlah wajar menjadi sebuah pertanyaan. Masa iya sih seorang ayah kok diperintah untuk menyembelih puteranya. Sakit saja diobatin supaya anak tidak mengalami kesakitan yang panjang. Kok malah anak sehat wal afiat diminta untuk disembelih.  Namun dibalik Allah memerintahkan sesuatu untuk dikerjakan, pastilah ada rahasia di dalamnya yang kita harus mengetahuinya.

Kita semua paham bahwa ibadah Qurban yang diadakan setiap 10 – 13 Dzulhijjah adalah mengikuti sunnah nabi kita Ibrahim as dan putranya-Ismail as. Ceritanya yang tertera dalam Al Qur’an surat Ash-Shaaffaat ayat 99 – 111  tentang beliau berdua sangatlah dramatis.

Setelah sekian lama berpisah karena Nabi Ibrahim harus meninggalkan ibu Hajjar dengan bayi Ismail di tengah padang pasir Makkah, akhirnya  mereka bertemu. Wajar karena kerinduannya pada orang-orang yang disayanginya, membuat nabi Ibrahim as terbuai dengan sendau gurau bersama putranya yang sudah tumbuh besar menjadi seorang remaja. Menyaksikan hal yang demikian, maka Allah swt menguji keimanan nabi Ibrahim as. Adakah Allah swt yang lebih ditaati ataukah kecintaan pada putranya lah yang diutamakan. Sehingga Allah perintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya-Ismail as melalui mimpinya. Hingga tiga kali mimpi yang sama terjadi, kemudian nabi Ibrahim berkesimpulan bahwa ini adalah perintah yang harus ditunaikan tanpa keraguan.

Selanjutnya nabi Ibrahim menyampaikan kepada putranya-Ismail as bahwa beliau harus menyembelihnya. Nabi Ismail pun menjawab bahwa jika memang itu perintah Allah maka harus ditaati dan dilaksanakan. Betapa sebuah pengorbanan yang luar biasa untuk lulus ujian keimanan. Hingga akhirnya pengorbanan mereka diterima dan Allah telah menggantikan posisi Ismail yang siap disembelih dengan seekor domba yang gemuk dan sehat. Ini bukti bahwa jika kita melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan keikhlasan maka sungguh pahala Allah sangat luar biasa bahkan yang tidak pernah kita pikirkan itu dihadiahkan pada orang-orang yang takwa.

Dengan berqurban maka kita bertaqarrub atau mendekat kepada Allah.SWT dengan penuh ketaatan menjalankan seluruh yang diperintahkan dan menjauhkan diri dari apa yang dilarang Allah swt. Apa yang harus kita korbankan yaitu “Ismail”. Ismail bisa berupa harta benda, pangkat dan jabatan, popularitas, bahkan anak-anak sukses yang membuat kita bangga dan sombong dan apapun yang lainnya yang mmembuat kita jadi lalai dan durhaka kepada Allah swt sang Khalik yang wajib kita sembah dan taati. Jika kita mampu “menyembelih Ismail” maka kita telah taqorrub kepada Allah swt. Boleh kita punya harta dunia tetapi jadikan harta dunia itu untuk sarana beribadah, termasuk untuk membeli sapi atau kambing untuk dikorbankan dan dibagi ke fakir miskin di sekitar kita.


Yogyakarta, 31 Juli 2020/10 Dzulhijjah 1441H

Monday, July 6, 2020

Pagar Makan Tanaman




       Sudah jatuh tertimpa tangga. Keluar dari mulut harimau masuk mulut buaya. Tak putus dirundung malang. Demikian kira kira nasib yang dialami oleh seorang gadis yang masih di bawah umur (14 tahun) bernama NF di Way Jepara Lampung Timur baru-baru ini. Beritanya bahkan sangat viral di berbagai media.

 Setelah mengalami trauma yang cukup mendalam karena diperkosa oleh kawanan pemuda tak bermoral, seorang gadis belia justeru mengalami hal mengerikan yang membuat trauma jiwanya bukannya sembuh tetapi malah makin parah. Hal itu disebabkan karena perlakuan gila (pemerkosaan) yang dilakukan oleh oknum aparat di rumah perlindungan yang seharusnya dia merasa aman tetapi justeru malah semakin tidak aman bahkan membahayakan jiwanya. Dia semakin terpuruk setelah mengalami pemerkosaan berkali-kali oleh oknum aparat tersebut. Bahkan gilanya lagi, kabarnya korban tersebut juga dijual ke lelaki tak bermoral lainnya.

            Pagar adalah berfungsi sebagai tameng yang melindungi apapun dan siapapun yang berada di dalamnya. Sehingga orang-orang  yang berada di dalam pagar akan terjaga keamanan dan keselamatannya. Namun pada kasus P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak) malah sebaliknya. Oknum pemerkosa anak yang harus melindunginya malah membawa petaka buat anak yang sedang mencari perlindungan dan pemulihan jiwa paska pemerkosaan sebelumnya. Betapa semakin hancur jiwa anak tersebut setelah pagar yang harusnya melindunginya malah memakannya bak kambing bandot makan rumput hijau.

            Mengapa bisa terjadi pertiwa “pagar makan tanaman?” Apakah rumputnya terlalu hijau dan segar sehingga pagarnya menjadi tergiur untuk memakannya? Apakah pagar itu kelaparan sehingga ia harus memakan tanaman yang ada di dalamnya? Mari kita coba untuk mencari jawabnya. Mungkinkah rumput yang bergoyang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita? Padahal oknum tersebut adalah seorang aparat pemerintah bahkan adalah kepala di P2TP2A Lamtim yang mestinya sudah paham aturan dan hukum yang berlaku, tapi kok bisa dia melakukan hal yang sangat mengiris nurani kita semua.

                Kasus pelecehan seksual konon oleh oknum aparat yang seharusnya menjadi pendekar perlindungan anak dan perempuan konon bukan hanya terjadi kali saja. Namun juga sebelumnya pernah terjadi hal serupa di Padang. Hal ini sangat disayangkan bisa terjadi di rumah perlindungan. ASN yang direkrut untuk menjadi pelindung korban seharusnya telah mengikuti seleksi yang sangat ketat sehingga memenuhi syarat untuk menempati posisi sebagai pelindung mereka. Kalau seperti ini sangat memungkinkan terjada salah prosedur dalam perekrutan. Orang yang seharusnya tidak lolos seleksi malah diloloskan. Maka yang terjadi adalah mala petaka. Baik petaka untuk para korban yang seharusnya dilindungi, juga petaka bagi lembaga perlindungan karena hilangnya kepercayaan masyarakat pada rumah perlindungan tersebut.

Korban posisinya sangat lemah. Ia bahkan tidak berani bercerita kepada siapapun karena mendapatkan ancaman. Namun karena sudah tidak mampu memendam derita jiwanya, maka ia harus mencurahkan gundah jiwanya kepada orang yang kepadanya ia merasa aman. Ia bukan cerita pada ibu atau bapaknya, ia memilih cerita pada saudara ayahnya. Jadi karena posisi korban yang sangat lemah, hal ini dimanfaatkan oleh oknum aparat tersebut untuk melakukan kejahatan seksualnya.

           Berikutnya adalah bahwa terjadinya kejahatan bukan karena ada niat jahat namun lebih karena ada peluang untuk timbulnya kejahatan sehingga mendorong oknum-oknum yang punya integritas lemah untuk melakukan kejahatan. Maka dari itu yang harus dibenahi selanjutnya adalah menciptakan rumah perlindungan anak dan perempuan yang representatif. Baik dari sisi bangunan fisiknya maupun dari sisi keamanannya. Sehingga kejahatan yang timbul bisa dihindarkan.

          Semoga kedepan tidak lagi ada korban-korban pemerkosaan yang merupakan kejahatan luar biasa biadab. Lindungi anak dan perempuan Indonesia.

Yogyakarta, 07 Juli 2020
               
Sumber :

Saturday, July 4, 2020

Pengajian Perdana


              Jelang tidur tadi malam suamiku bilang bahwa besok pagi subuh harus mengisi pengajian perdana di sebuah masjid yang sekian lama tidak ada aktifitas pengajian karena pandemi covid-19. Beliau jiga bilang agar membangunkan jika beliau mesih ketiduran agar tidak terlambat subuhan di masjid yang dimaksud.
                Saya terbiasa bangun pagi-pagi sekali antara jam tiga dan empat dini hari. Pagi tadi saya terbangun pukul 03.15. Saya lalu bersih diri di kamar mandi. Tidak lupa saya merebus air untuk seduh teh atau kopi pagi. Lalu saya sholat malam sunnah. Rupanya mendengar saya terbangun, suami juga bangun sebelum saya bangunkan.
                Beliau langung starter sepeda motor setelah selesai wudu dan berpakain rapi layaknya orang yang mau ceramah. Beliau mengenakan baju koko, pakai sarung lalu memakai kopyah Mesir dan tidak lupa mengalungkan sorban di leher. Setelah bunyi motor stabil, langung beliau tancap gas menuju masjid. Masjid dari rumah berjarak sekitar 1,5 km. Masjid terletak di pinggir jalan ringroad di Maguwoharjo.
                Setelah selesai subuhan, saya lalu menyeduh susu kambing etawa campur kopi dikit supaya tidak amis. Kemudian saya tutup mimuman yang sudah saya buat lalu saya letakkan di meja depan. Saya seruput sedikit lalu saya letakkan lagi di meja. Kemudian saya ambil sapu dan menyapu lantai dan juga beres-beres. Kebetulan tadi malam banyak tamu dari kampong halaman suami yaitu dari Flores NTT. Mereka adalah anak-anak yang akan melanjutkan studi di Yogyakarta.
                Saya membuka laptop saya yang otomatis tersambung ke internet. Untuk menghangatkan badan, saya buka channel youtobe lalu saya cari video senam yang ringan lalu yang agak berat. Ketemu senam poco-poco , langsung lah saya mengikuti gerakan yang ada di video tersebut.
                Karena musiknya lumayan keras, lalu anak lelaki saya terbangun kemudian mengintip saya yang lagi senam. Ketika saya putar badan mengikuti gerakan yang di video, saya terkejut lihat anak saya membuka tirai. Dia pun tertawa melihat saya terkejut. Saya juga tertawa sambil bilang…kaget aku.
                Setelah selesai senam, saya ingat suami pesan agar mengasih makan kecing dan anak-anaknya. Saya uleg ikan keranjang lalu dicaput nasi lalu saya letakkan di tempat makan kucing. Dengan lahap mereka makan lalu pergi main main.
                Saya balik ke laptop lalu saya membuka facebook. Ada materi sastra yang bagus dan penting, maka saya lalu membuka dokumen word yang kosng untuk menyimpan materi dari pa Rony Sastra di grup Media Guru Indonesia. Lagi asyik mengkopi, tiba-tiba suami datang sambil bertanya apakah mesin mesin jahit yang diservis kemarin sore oleh tukang servis sudah bagus semua. Saya jawab sudah beres.
                Di masjid yang suami saya diundang untuk pengajian perdana di masa new normal ini, seperti sebelumnya sebelum masa pandemic adalah menyediakan sarapan pagi untuk para jamaah setelah selesai kajian. Saya bertanya sudah sarapan di masjid ya. Beliau menjawab iya sudah. Pagi ini menunya bubur ayam Jakarta. Lalu beliau juga bilang bahwa di sepeda motornya sudah dicantoli bubur ayam yang sudah di kemas oleh marbot masjid tersebut.  Sekarang bubur ada di meja dapur, lanjutnya.
                Saya menuju meja dapur dan membuka bungkusan yang ternyata berisi tiga paket bubur ayam. Saya ambil satu lalu saya santap. Lumayan enak. Kebetulan lapar sehabis senam mengikuti senam dari video youtube. Sambil menyantap saya Tanya apakah banyak jama’ah yang ikut pengajian. Beliau menjawab lumayan banyak. Hampir penuh masjidnya oleh jamaah yang mengikuti pengajian Ahad pagi. Jama’ah juga aktif bertanya tentang materi pengajian yang disampaikan beliau. Saya bilang Alhamdulillah. Rupanya jama’ah masjid sudah rindu dengan kajian-kajian Ahad pagi seperti yang biasa diadakan sebelum pandemi.
                Suami cerita bahwa pengajian tadi dihadiri oleh mereka yang tinggal di sebelah timur sungai disamping dari lngkungan sekitar masjid. Mereka naik sepeda motor menuju masjid. Mereka tiba sebelum subuh, sehingga mereka mengikuti sholat jama’ah subuh yang diimami oleh beliau. Mereka tampak lega bisa ke masjid lagi setelah sekian lama melaksanakan ibadah hanya di rumah saja.

Yogyakarta, 5 Juni 2020