Mengapa Allah swt memerintahkan nabi Ibrahim as
untuk menyembelih putranya yaitu nabi Ismail as? Pertanyaan ini muncul pada
benak kita semua. Hal itu sangatlah wajar menjadi sebuah pertanyaan. Masa iya
sih seorang ayah kok diperintah untuk menyembelih puteranya. Sakit saja
diobatin supaya anak tidak mengalami kesakitan yang panjang. Kok malah anak
sehat wal afiat diminta untuk disembelih.
Namun dibalik Allah memerintahkan sesuatu untuk dikerjakan, pastilah ada
rahasia di dalamnya yang kita harus mengetahuinya.
Kita semua paham bahwa ibadah Qurban yang
diadakan setiap 10 – 13 Dzulhijjah adalah mengikuti sunnah nabi kita Ibrahim as
dan putranya-Ismail as. Ceritanya yang tertera dalam Al Qur’an surat Ash-Shaaffaat
ayat 99 – 111 tentang beliau berdua
sangatlah dramatis.
Setelah sekian lama berpisah karena Nabi Ibrahim
harus meninggalkan ibu Hajjar dengan bayi Ismail di tengah padang pasir Makkah,
akhirnya mereka bertemu. Wajar karena
kerinduannya pada orang-orang yang disayanginya, membuat nabi Ibrahim as
terbuai dengan sendau gurau bersama putranya yang sudah tumbuh besar menjadi
seorang remaja. Menyaksikan hal yang demikian, maka Allah swt menguji keimanan
nabi Ibrahim as. Adakah Allah swt yang lebih ditaati ataukah kecintaan pada
putranya lah yang diutamakan. Sehingga Allah perintahkan nabi Ibrahim untuk
menyembelih putranya-Ismail as melalui mimpinya. Hingga tiga kali mimpi yang
sama terjadi, kemudian nabi Ibrahim berkesimpulan bahwa ini adalah perintah
yang harus ditunaikan tanpa keraguan.
Selanjutnya nabi Ibrahim menyampaikan kepada
putranya-Ismail as bahwa beliau harus menyembelihnya. Nabi Ismail pun menjawab
bahwa jika memang itu perintah Allah maka harus ditaati dan dilaksanakan.
Betapa sebuah pengorbanan yang luar biasa untuk lulus ujian keimanan. Hingga
akhirnya pengorbanan mereka diterima dan Allah telah menggantikan posisi Ismail
yang siap disembelih dengan seekor domba yang gemuk dan sehat. Ini bukti bahwa
jika kita melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan keikhlasan maka
sungguh pahala Allah sangat luar biasa bahkan yang tidak pernah kita pikirkan
itu dihadiahkan pada orang-orang yang takwa.
Dengan berqurban maka kita bertaqarrub atau
mendekat kepada Allah.SWT dengan penuh ketaatan menjalankan seluruh yang
diperintahkan dan menjauhkan diri dari apa yang dilarang Allah swt. Apa yang
harus kita korbankan yaitu “Ismail”. Ismail bisa berupa harta benda, pangkat
dan jabatan, popularitas, bahkan anak-anak sukses yang membuat kita bangga dan
sombong dan apapun yang lainnya yang mmembuat kita jadi lalai dan durhaka
kepada Allah swt sang Khalik yang wajib kita sembah dan taati. Jika kita mampu “menyembelih
Ismail” maka kita telah taqorrub kepada Allah swt. Boleh kita punya harta dunia
tetapi jadikan harta dunia itu untuk sarana beribadah, termasuk untuk membeli
sapi atau kambing untuk dikorbankan dan dibagi ke fakir miskin di sekitar kita.
Yogyakarta, 31 Juli 2020/10 Dzulhijjah 1441H
Mantul Oma...
ReplyDeleteTerimakasih bu Leni :)
Delete